Quantcast
Channel: Turis Cantik
Viewing all articles
Browse latest Browse all 474

3 Hoax Tentang Solo Traveling

$
0
0



Hoax Tentang Solo Traveling - Solo Traveling atau traveling sendiri buat sebagian orang adalah kepuasan pribadi yang kadang tak terbeli dengan uang. Namun, banyak orang salah kaprah yang berujung pada hoax tentang Solo Traveling. Namanya juga hoax alias berita bohong yang bisa menyasar apapun, termasuk juga memudarkan keinginanmu untuk solo traveling. 



Kontemplasi dalam solo traveling -pic:pixabay

Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi, tentunya saya ngak minta kamu sangat setuju. Setiap orang punya opini masing-masing akan pilihan, bagaimana mereka mau menjalani liburan. 

Toh, kebahagian tiap orang dalam traveling beda-beda. Intinya, saya mau membuat gerakan anti hoax tentang solo traveling yang bikin kamu mikir ulang,merenung ulang atau bahkan bergegas angkat ransel untuk segera memulai kontemplasimu. Yuk mulai gerakan anti hoaxnya. 

Kisah Awal Solo Traveling Mbak Turis 


Almarhum Bapak saya adalah guru teater yang memiliki sanggar teater di kawasan Depok. Setiap musim liburan sekolah selalu ada anak dari penjuru dunia numpang menginap di rumah untuk ikut dalam workshop teater di sanggar. 

Seorang anak asal Kolombia bilang Jakarta adalah kota ke 7 yang ia singgahi. Di ulang tahunnya ke 17 ia diberikan tiket ke India oleh orang tuanya.

Sejak saat itu saya selalu berpikir bahwa menjadi solo traveling itu menyenangkan. Saya pun memulai langkah pertama saya solo traveling ke Paris di usia 25 tahun.
Pengalamannya tak bisa saya tulis karena it was beyond my dream.

Tapi, pengalaman itu membentuk pribadi mandiri saya hingga kini. Bahkan saya merasa punya bakat tentang menghapal peta jalan dan menandai marka tempat dengan baik, bahkan setelah beberapa tahun tak kembali ke negara itu.

So, kalau kamu merasa takut memulai traveling sendiri you might change your mind after you've read the whole article.


BACA JUGA:


Menikmati solo traveling - pic: pixabay 



Hoax Tentang solo Traveling



1. Tidak Ada Teman


Awalnya saya solo traveling, bukan karena tidak ada teman tapi rasanya saya tertantang untuk bisa melakukan semuanya sendiri ( berdua bareng Tuhan YME). Ada rasa berbeda, saat kamu seolah ngomong ke diri sendiri tentang memecahkan peta menuju tujuan. Ada rasa percaya diri yang meningkat, saat bisa sampai di tujuan dengan pijakan kaki sendiri.

Solo Traveling bukan hanya mengajarkan saya kemandirian, tapi juga  melatih instingmu. Insting mengenali orang jahat, baik atau dengki bisa diasah loh. 

Satu hal yang membekas adalah kebiasaan saya yang sangat well organized saat traveling. Semua hal disiapkan di malam hari, semua ittenary sudah lengkap, pagi harinya sudah bangun pagi dan memulai petualangan.

Mungkin banyak yang menyebut traveling bareng teman enak karena bisa berbagi. Saya sih setuju, tapi konsep dan hasil yang kamu dapet saat traveling sendiri beda dengan sama temen.


2. Tidak Aman untuk Perempuan 


Pilihlah daerah atau negara yang ramah buat pejalan. Jalan sendiri atau bersama teman, tetap kita harus berhati-hati terutama ke daerah baru. 

Saya selalu menyiapkan nomor telpon kedutaan besar Indonesia di negara yang saya tuju, just in case bad things happens. 

3. Hanya Untuk Single 


Siapa bilang, orang yang sudah berkeluarga tidak bisa solo travelling. Kebetulan saya sudah komitmen dengan mantan pacar ( kini suami ) untuk bisa solo traveling sekali dalam setahun. Trip lain, akan dimanfaatkan waktunya hanya untuk keluarga. 

Menurut saya bila anak masih kecil memang agak berat, saya malah menghindari. Bila anakmu sudah mandiri, solo trip kembali bisa dilakukan. Lagi pula, pertumbuhan anak hanya sekali seumur hidup, tapi tempat yang kamu tuju tetap ada disanakan.

Menurut saya, kita adalah individu yang juga harus dibahagiakan. Prinsip saya, pribadi Ibu yang bahagia akan membuat keluarga bahagia. Buat saya, mengisi gelas dengan penuh adalah dengan melakukan kontemplasi dalam solo trip. 

Saat gelas dalam jiwa hampir penuh, saya siap membaginya pada keluarga dengan hati yg berbahagia. Itulah sebabnya, Ibu atau Ayah perlu Me Time, tidak usah merasa egois kalau kamu butuh me time. Solo Trip pun tak harus ke luar negeri, tak harus berhari - hari, dan tak perlu dilakukan segera. Kalau saya menunggu anak agak besar secara usia.


BACA JUGA: 
 

Gerakan Anti Hoax


Hoax atau berita bohong menurut saya berbahaya. Kadang, pembuat hoax sengaja membuat semua hal seolah nyata. 

Perjuangan melawan hoax pun bisa dimulai dari generasi muda seperti kita yang lebih 'melek' teknologi terutama tentang media sosial. Itulah yang diperjuangkan, Dimas Oky Nugroho yang merupakan editor buku Anak Muda dan Masa Depan Indonesia.  Dalam Buku  ini, Dimas mencoba merangkum pemikiran generasi milenial dari berbagai latar belakang budaya dan pendidikan tentang masa depan bangsa yang benderang salah satunya melalui gerakan anti hoax.



Saya seneng banget, bisa mendengar langsung aspirasi generasi muda bangsa yang mengaku optimis dengan peran anak muda dalam gerakan anti hoax. Lebih seneng karena peluncuran buku digelar si sebuah cafe yang asik banget namanya Diskusi Ruang Kopi di kawasan Halimun, Jakarta. 

Selain cafe yang menyediakan kopi enak, tempa ini juga menyewakan ruangan untuk kantor hingga tempat meeting yang asik dan instagramable.






Tentang kopi enak bukan hoax loh hehehe. Cobain sendiri deh, kan saya sedang dalam kampanye gerakan anti hoax. Saya berharap kamu tidak ragu untuk mencari kebahagiaan dalam hidup, buat banyak hal bahagia itu ukurannya beda dan mencarinyapun berbeda. 

Bila memang menghirup udara di tempat baru, menapaki jalan baru hingga mencari petualangan adalah hal yang kamu cari, ikutilah intuisimu untuk segera berkemas dan traveling ke tempat impianmu dengan memulai solo traveling


Liebe,

Turis Cantik


Keep In Touch With Turis Cantik!







Viewing all articles
Browse latest Browse all 474

Trending Articles