Baper: Bawa perasaan, mudah emosian, mudah terbawa perasaan
"Udahlah Elo kagak usah BAPER!" Begitu mungkin saran yang akhir-akhir ini saya bilang ke teman pasca 'Ribut' di media social tentang kandidat calon pilihan mereka.
Saya kadang suka merasa heran.. Aneh.. Sampai kini pada tahap Males, kalau baca status orang ributtt aja masalah pilkada terutama pilkada DKI. Menurut saya ngak mutu, apalagi ndak tahunya yang ribut juga golput atau bahkan bukan pemilih di daerah tersebut.
Saya kadang suka merasa heran.. Aneh.. Sampai kini pada tahap Males, kalau baca status orang ributtt aja masalah pilkada terutama pilkada DKI. Menurut saya ngak mutu, apalagi ndak tahunya yang ribut juga golput atau bahkan bukan pemilih di daerah tersebut.
Media social yang kian banyak diminati masyarakat indonesia memang kini sudah menjadi mesin 'doktrinasi' yang paling pas untuk semua tujuan termasuk juga mengaet massa pemilih dalam pilkada.
Selain Blogger saya juga wartawan, jadi saya paham banget apa yang kamu liat di media social atau bahkan pemberitaan di media massa kadang memang "by setting".
Selain Blogger saya juga wartawan, jadi saya paham banget apa yang kamu liat di media social atau bahkan pemberitaan di media massa kadang memang "by setting".
![]() |
foto: pixabay |
Menurut saya, kita bebas menyuarakan pendapat pribadi tapi tetap terkontrol di ranah publik. Saya setuju banget sama tulisan Dian adriana yang menulis di artikel terbaru di Collaborative Blogger KEB
Sebagai pemilih yang cerdas ada beberapa Big No No dalam pilkada menurut Dian
1. Membully cagub dan cawagub yang nggak kita pilih
Saya setuju dengan pendapat Dian, semua orang pasti punya pilihan masing- masing. Kalau misalnya kamu suka kandidat A ngak apa juga posting hal yang kamu suka tentang pasangan itu di wall facebook mu.
Tapi tak perlu menjelekkan kandidat lain. Kalau pun ngak suka dengan kandidat tertentu tidak perlu terlalu kentara.
Apalagi kalau menjelekkannya berbau sara atau fisik, lebih baik perang visi dan misi antar kandidat kan.
Tapi tak perlu menjelekkan kandidat lain. Kalau pun ngak suka dengan kandidat tertentu tidak perlu terlalu kentara.
Apalagi kalau menjelekkannya berbau sara atau fisik, lebih baik perang visi dan misi antar kandidat kan.
2. Membagikan berita buruk tentang suatu calon tanpa mengecek kebenarannya
Salah satu yang paling saya benci adalah saat seseorang share link yang ngak mutu di media sosial. Kadang sumber ngak jelas, cuma lihat judul tanpa baca uhh hanya menambah timeline orang aja.
Hati-hati saat mengungah video atau status di social media yang bisa menjurus pada kasus hukum misalnya hate speech, fitnah atau dugaan pencemaran nama baik. Bukan tak mungkin kamu akan masuk penjara hanya karena status facebookmu.
Hati-hati saat mengungah video atau status di social media yang bisa menjurus pada kasus hukum misalnya hate speech, fitnah atau dugaan pencemaran nama baik. Bukan tak mungkin kamu akan masuk penjara hanya karena status facebookmu.
3. Menjadi Golput
Nah ini yang paling ngak mutu. Udah nyolot, baper, ngak punya KTP ehh ujung-ujungnya Golput alias ngak bisa memberikan hak suara.
![]() |
foto: pixabay |
Saran saya, kalau memang kamu tipe orang yang risih lihat status rada alay dari pendukung yg fanatic paling gampang UNFOLLOW ajah.
Tehnik ini bisa digunakan di facebook dengan logo 'berhenti mengikuti'. Kamu tetap berteman tapi tidak akan melihat update statusnya lagi kecuali melihat ke profile yang bersangkutan.
Tehnik ini juga berlaku di social media lain, kalau berlebihan dan mengganggu ademnya timeline mu yaaa unfollow aja. Gampang kan :)
Tehnik ini bisa digunakan di facebook dengan logo 'berhenti mengikuti'. Kamu tetap berteman tapi tidak akan melihat update statusnya lagi kecuali melihat ke profile yang bersangkutan.
Tehnik ini juga berlaku di social media lain, kalau berlebihan dan mengganggu ademnya timeline mu yaaa unfollow aja. Gampang kan :)
Liebe,
Turis Cantik